Kamis, 23 September 2021, GenBI Solo Komisariat UIN Raden Mas Said Surakarta mengawali serangkaian program kerja unggulan melalui kegiatan GenBISha (GenBI Sharing). GenBISha episode pertama ini bertajuk “Kupas Tuntas Peran Ekonomi Syariah sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru”. Acara berlangsung pukul 13.00-15.30 WIB melalui platfrom Zoom dengan peserta yang tergabung merupakan seluruh anggota GenBI Solo.

GenBISha episode pertama menghadirkan beberapa narasumber dengan berbagai latar belakang. Seperti Nugroho Joko Prastowo (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo), Khairul Imam, S.H.I., M.S.I (Kaprodi Manajemen Bisnis Syariah dan Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN Raden Mas Said Surakarta), dan Hendry Nurrokhmansyah, S.S (Direktur Program Pendistribusian Pemberdayagunaan LAZNAS Yatim Mandiri). Pun, tak lupa, Putri Ayu Aprilianti (Ketua GenBI Solo Komisariat UIN Raden Mas Said Surakarta) bertugas sebagai moderator yang begitu interaktif memandu acara.

Sebagai pembuka, Joko Prastowo mengetengahkan seputar konsep ekonomi Islam yang selalu mengusung dan mengedepankan manfaat, halal, adil, tidak garar, maysir, spekulatif, dan riba. Ia menginginkan harta dalam Islam tidak boleh mengendap, sehingga perlu terus digerakkan di sektor-sektor produktif. “Apabila dana sosial; zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) berputar, maka sektor riil pun turut berputar, sehingga mampu memutus rantai kemiskinan bahkan kesenjangan di masyarakat. Artinya, ekonomi dan keuangan syariah mesti bersifat inklusif bagi semua umat.” terang Joko Prastowo.

Berbeda dengan Joko Prastowo, sebagai akademisi, Khairul Imam melihat kacamata ekonomi syariah lebih menekan pada penerapannya di masyarakat. “Kunci utama dalam ekonomi Islam adalah ‘halal’ demi mewujud kemasalahatan dunia dan akhirat.” tuturnya. Jelasnya, semua aktivitas ekonomi sudah menjadi takdir sebagai pemenuh hak asasi manusia, jadi apapun bentuknya maka perlu didasari dengan konsep kehalalan.

Sementara, Hendry memaparkan peran edukasi zakat sebagai salah satu produk ekonomi syariah terhadap masyakarat mesti diperkuat kembali. Ia melihat fakta di lapangan masih banyak sekali dana zakat yang tak terhimpun oleh lembaga amil zakat. Perlu ada pendekatan personal agar pemahaman masyarakat terhadap zakat lebih maju. Dengan begitu, produktivitas Ziswaf akan mencapai taraf optimal bila dijalankan sesuai caranya.

Dalam GenBISha tak hanya narasumber yang diberi hak untuk menyalurkan gagasan, peserta pun berhak menyumbang baik gagasan, pernyataan, dan penyataan. Tak sedikit pertanyaan masuk dalam kolom komentar mempertanyakan seputar pembahasan. Seperti pertanyaan dari Gilbert Ferdinan Simboh (GenBI Solo Komisariat Universitas Selamet Riyadi) mengenai bagaiamana andil masyarakat akan multikultural dan beragam agama di Indonesia untuk ikut serta menyokong ekonomi syariah? Pada dasarnya, sifat ekonomi syariah adalah inklusif, artinya ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat, pun manfaatnya bisa dirasakan bersama tanpa memandang agama.

Di akhir, Joko Prastowo menyodorkan satu terobosan melalui studi ekonomi syariah, pengawasan lembaga amil, dan edukasi beserta sosialisasi keilmuan yang lebih mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. “Jika berkembang, inilah yang disebut sumber ekonomi baru, sebab pemberdayaan ekonomi syariah merupakan salah satu pilar Bank Indonesia.” imbuhnya.

Waktu semakin bergulir, tibalah di akhir acara, sehingga intisari bisa kita ambil bahwa potensi ekonomi dan keuangan syariah yang begitu besar masih perlu dibenahi dan ditingkatkan. GenBI memiliki peran strategis menjadi penyokong perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Perwujudan bisa diterapkan dalam bentuk apapun menjadi sebuah tanggung jawab setiap anggota GenBI. Kemudian tidak melihat ekonomi syariah hanya sebagai ilmu pengetahuan semata, melainkan sebagai nilai dan menjadi pelaku di kehidupan sehari-hari.